Sedekah Bumi Kadipaten Suroboyo
Surabaya - Ratusan warga dari berbagai RT
berjalan menuju balai RW 04 sambil diiringi musik gamelan khas Jawa Timur, tari
reog, serta tari remo. Beberapa warga juga terlihat berdandan dengan rapi. Ada
yang memakai pakaian adat Jawa Timur, topi dari daun-daunan, dan ada juga yang
mamakai kostum wayang berarak-arakan menuju balai RW 04 sambil membawa
bermacam-macam bentuk gunungan (ancak). Rupanya hari ini mereka hendak
merayakan tradisi sedekah bumi.
, Minggu 8/10/17
Ada yang berbeda di RW 04 kecamatan Sambikerep
Surabaya , Meski telah berkembang menjadi kota metropolis yang maju dengan
balutan teknologi, Surabaya tidak lantas melupakan adat-istiadat. Salah satunya
tradisi sedekah bumi yang dikenal turun temurun.
"Ini tradisi kami turun temurun, sebagai
bentuk ucapan syukur atas nikmat Allah terhadap hasil panen," ujar ketua
RW 04 Sambikerep, Bejo Sutrisno, Minggu (8/10/2017).
Bejo mengatakan, acara yang kembali diadakan tahun ini sudah
merupakan tradisi. Melalui acara ini, warga diingatkan kembali untuk mengucap
syukur dan memaknai kerukunan.
"Kami bersyukur atas nikmat Allah. Kami berharap semoga
warga kami selalu makmur dan rukun," ujarnya.
Berbagai gunungan dan pertunjukan tradisional merupakan
bentuk kerukunan warga. Bagaimana tidak, mereka mempersiapkan semuanya
bersama-sama.
"Warga di masing-masing RT sudah mempersiapkannya sejak
kemarin, bahkan sejak seminggu sebelum ini," tambah Bejo.
Riman (47) salah satu warga dari RT 08 mengatakan, gunungan
mereka telah dipersiapkan sejak seminggu sebelum acara.
"Kami sudah siapkan sejak satu minggu lalu. Ini ada
sekitar 1.5 kwintal buah," jelasnya.
Tak tanggung-tanggung, Riman bersama sembilan
orang lainnya mengangkat gunungan yang berbentuk buaya tersebut dari RT 08
menuju balai RW.
Lain lagi dengan Kismono (35) warga RT 12. Ia dan puluhan
warga lainnya sudah menunggu di sekitar gunungan. Karena, selesai doa bersama,
mereka akan segera menyerbu gunungan yang berisi buah dan berbagai lauk-pauk
seperti ayam panggang dan urap.
"Ini mau siap-siap, habis doa langsung serbu,"
ujarnya.
Kismono bercerita, proses pembuatan gunungan selama satu
minggu telah menambah keakraban antar warga.
"Ya nyusun ini pasti kita banyak interaksi kan, bagi
tugas, siapa yang beli buahnya, siapa yang bikin kerangka gunungannya, jadi
warga makin kompak," ungkapnya.
Tradisi seperti memang sudah seharusnya dipertahankan bersama
dengan masuknya arus modernisasi di tengah kota seperti Surabaya ini. Tak lupa,
walikota Surabaya Tri Rismaharini juga hadir untuk memberi dukungan pada warga.
( Bunda Tri )
No comments:
Post a Comment